Di Indonesia, kayu kamper telah lama
menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun
tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu
yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil
dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui.
Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar,
sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar
dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon
kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah
daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan
daerah lain di Kalimantan.
Home » Archives for 05/08/12
Legenda kayu Waru
Waru atau baru
(Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal
sebagai waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan
atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu
rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan
dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek.
Tumbuhan ini asli dari daerah tropika di Pasifik barat
namun sekarang tersebar luas di seluruh wilayah Pasifik dan dikenal dengan
berbagai nama: hau (bahasa Hawaii), purau (bahasa Tahiti), beach
Hibiscus, Tewalpin, Sea Hibiscus, atau Coastal Cottonwood
dalam bahasa Inggris.
Di Indonesia tumbuhan
ini memiliki banyak nama seperti: baru (Gayo, Belitung, Md., Mak., Sumba,
Hal.); baru dowongi (Ternate, Tidore); waru (Sd., Jw., Bal., Bug.,
Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di Maluku); dan lain-lain.[1]
Pohon kecil, tinggi 5–15 m. Di tanah yang subur tumbuh
lebih lurus dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang.[1]
Daun bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung
dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian
tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun; sisi
bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm,
meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting.[2]
Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2–5
kuntum. Daun kelopak tambahan bertaju 8–11, lebih dari separohnya berlekatan.
Kelopak sepanjang 2,5 cm, bercangap 5. Daun mahkota bentuk kipas, berkuku
pendek dan lebar, 5–7,5 cm, kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan,
dengan noda ungu pada pangkalnya. Buah kotak bentuk telur, berparuh pendek,
beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup.[2] Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf atau hRf.
Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal, hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h) menghasilkan nilai
berjangka 0 sampai 100. Nilai Rf pada bunga waru sendiri sebesar 0,48.
- Hibiscus similis Bl. (waru gunung atau waru gombong)
memiliki bentuk pohon, daun, bunga dan buah yang serupa dengan Hibiscus
tiliaceus, dengan hanya sedikit perbedaan. Di antaranya, dengan
kelenjar tulang daun yang lebih jauh dari pangkal; tangkai bunga yang
sedikit lebih pendek; daun kelopak yang hanya melekat setengah jalan; dan biji
yang berambut kasar.[2]
- Hibiscus macrophyllus Roxb. (tisuk atau waru lanang)
memiliki bentuk pohon yang kurus tinggi, terutama ketika muda; berdaun
jauh lebih lebar; dengan daun penumpu yang panjang
- Thespesia populnea Soland. juga disebut waru laut atau waru
lot; memiliki daun seperti kulit yang tidak berbulu, melainkan
bersisik coklat rapat, nampak jelas pada daun yang muda. Bunga serupa
dengan bunga waru, namun tangkai putiknya tidak berbagi di ujungnya..[3]
·
Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap
kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh
baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 mm. Waru biasa ditemui
di pesisir pantai yang berpasir, hutan bakau, dan juga di wilayah riparian.
·
H. tiliaceus tumbuh alami di pantai-pantai Asia
Tenggara, Oceania dan Australia utara dan timur. Diintroduksi ke Australia
barat daya, Afrika bagian selatan, serta Hawaii; di mana menjadi liar di sana.
· Kegunaan
·
Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup
halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan,
atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa
digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas,
ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan
dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini
sangat baik untuk dijadikan tali.[1]
·
Daunnya dapat dijadikan pakan ternak, atau yang muda,
dapat pula dijadikan sayuran. Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk
mempercepat pematangan bisul. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan
penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan gula batu dimanfaatkan untuk
melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup
daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak.[1]
·
Daunnya juga digunakan sebagai pembungkus ikan segar oleh
pedagang di pasar dan pedagang ikan keliling.
·
Bunga waru dapat dijadikan jam biologi. Bunganya mekar di
pagi hari dengan mahkota berwarna kuning. Di siang hari warnanya berubah jingga
dan sore hari menjadi merah, sebelum akhirnya gugur.
Legenda masyarakat penghuni Pulau Jawa menyatakan, kuntilanak menyukai
pohon waru yang tumbuh miring (waru doyong) sebagai tempat
bersemayamnya.Pallet Kayu Mangga
Mangga atau mempelam
adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam
marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku
Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica.
Pohon mangga termasuk
tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk
kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang
lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.
Nama buah ini berasal
dari Malayalam maanga. Kata ini dipadankan dalam bahasa Indonesia
menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis
dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa
Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti:
“(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India”.
Berasal dari
sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara
sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam. Buah ini dikenal pula dalam
berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh (Jw.).
Pohon mangga
berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan
mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak,
bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah
berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit
batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas
tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat
keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.
Mangga berakar tunggang
yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang
makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih
kurang 30-60 cm.
Daun tunggal, dengan
letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari
1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada
alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati
ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset).
Helai daun bervariasi
namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat
seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun
bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa
variasi bentuk daun mangga:
- Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
- Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata
tombak.
- Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
- Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.
Daun yang masih muda
biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari
akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat,
sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1
tahun atau lebih.
Berumah satu (monoecious),
bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang
banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada
juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini
terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang
utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan
cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau
mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum
bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada
setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.
Bunga-bunga
dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit
(berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak
daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan
terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari
varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah
normal kira-kira 5-10%.
Bunga mangga
biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau
harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri
dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning
pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5
yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu
akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari
berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang
lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik,
yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna
kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari
membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk
menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih
kurang 20-35 mikron.
Bakal buahnya tidak
bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu
piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala
putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga
bakal buah.
Buah mangga
termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan
bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat
(misalnya mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga
lonjong memanjang (mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian
ujung buah, ada bagian yang runcing yang disebut paruh. Di atas paruh ada
bagian yang membengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan ke bagian perut.
Kulit buah agak tebal
berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging
buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak,
manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji
berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan
berserat. Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula
yang poliembrional.
Nilai
Kandungan gizi Mangga per 100 g (3.5 oz, Energi 272 kJ (65 kcal), Karbohidrat
17,00 g, Gula 14,8 g, Diet serat 1,8 g, Lemak 0,27 g, Protein 0,51 g, Vitamin A
equiv. 38 mg (4%),Beta-karoten 445 mg (4%), Thiamine (Vit. B1) 0.058 mg (4%),
Riboflavin (Vit. B2) 0,057 mg (4%), Niacin (Vit. B3) 0,584 mg (4%), Asam
pantotenat (B5) 0,160 mg (3%), Vitamin B6 0,134 mg (10%), Folat (Vit. B9) 14 mg
(4%), Vitamin C 27,7 mg (46%), Kalsium 10 mg (1%), Besi 0,13 mg (1%), Magnesium
9 mg (2%), Fosfor 11 mg (2%), Kalium 156 mg (3%), Seng 0,04 mg (0%). Persentase
yang relatif ke US rekomendasi untuk orang dewasa. [1]
Mangga terutama
ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar,
sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah
yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas,
dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga diolah
sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai
daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran
sambal atau masakan ikan dan daging.
Biji mangga
dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan
pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu
mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk
penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.
Daun mangga mengandung
senyawa organik tarakserol-3beta dan ekstrak etil asetat yang bersinergis
dengan insulin mengaktivasi GLUT4, dan menstimulasi sintesis glikogen, sehingga
dapat menurunkan gejala hiperglisemia.[2]
Mangga terutama dihasilkan oleh negara-negara India, Tiongkok, Meksiko, Thailand,
Pakistan, Indonesia, Brasil, Filipina, dan Bangladesh. Total produksi dunia di
tahun ‘80an sekitar 15 juta ton, namun hanya sekitar 90.000 ton (1985) yang
diperdagangkan di tingkat dunia. Artinya, sebagian besar mangga dikonsumsi
secara lokal.Khasiat Kayu Rambutan
Rambutan adalah
salah satu tanaman yang multi guna. Semua bagian dari tanaman ini, dari kulit,
daun, biji, sampai akar, dapat berfungsi sebagai obat. Daya tawarnya juga luar
biasa. Demam, uban, disentri, sariawan, sampai kencing manis, bisa terobati
dengan ramuan yang tepat. Bagian tanaman rambutan yang dapat kita manfaatkan
yaitu : kulit buah, kulit kayu, daun, biji, dan akarnya.
Detail manfaat buah rambuatan adalah
sebagai berikut:
- Kulit
buah : untuk mengatasi disentri, demam
- Kulit
kayu : untuk mengatasi sariawan
- Daun
: untuk mengatasi diare dan menghitamkan rambut
- Akar
: untuk mengatasi demam
- Biji
: untuk mengatasi kencing manis (diabetes melitus)
Untuk pemakaian
luar, giling daun sampai halus, lalu tambahkan sedikit air. Gunakan air perasannya
untuk menghitamkan rambut yang beruban.
Contoh – contoh pemakaian:
1.
Demam. Cuci kulit buah rambutan yang
telah dikeringkan (15 g). Tambahkan tiga gelas air bersih, lalu rebus sampai
mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring dan minum tiga kali sehari,
masing-masing sepertiga bagian.
2.
Disentri. Cuci kulit buah rambutan
(10 buah), potong-potong seperlunya. Tambahkan tiga gelas minum air bersih,
lalu rebus sampai airnya tersisa separuhnya. Setelah ,dingin, saring dan minum
sehari dua kali, masingmasing tiga perempat gelas.
3.
Kencing manis. Gongseng biji
rambutan (lima
biji), lalu giling sampai menjadi serbuk. Seduh dengan satu cangkir air panas.
Setelah dingin, minum airnya sekaligus. Lakukan 1–2 kali sehari.
4.
Menghitamkan rambut beruban. Cuci
daun rambutan secukupnya, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan sedikit air
sambil diaduk merata sampai menjadi adonan seperti bubur. Peras dan saring
dengan sepotong kain. Gunakan air yang terkumpul untuk membasahi rambut kepala.
Lakukan setiap hari sampai terlihat hasilnya.
Sariawan. Cuci kulit kayu rambutan (tiga ruas
jari), lalu rebus dengan dua gelas air bersih sampai tersisa satu gelas.
Gunakan untuk berkumur selagi hangat.Prospek Kayu Kelapa
Kayu
kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas)
sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya
pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat
/fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur
serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah
fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/
cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia .
Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi . Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
Budi Daya Kayu Jati
Kayu
jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah.
Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi
pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet
I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap
dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak
ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu
jati.
Pohon
Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai
dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan
baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia , terutama di pulau Jawa.
Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai
ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di
bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung
dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai
kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan
kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada
mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan
seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain
melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan
dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan
dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
FinishingTeakOil,Politur,NCLacquer,Melamin,PolyUrethane(PU)
1. Finishing Natural Transparan (CoklatTerang kekuningan)
Tujuan: menonjolkan
semua kelebihan kayu, mengekspose keindahan serat kayu jati benar-benar
terpilih. Kualitas kayu jati: hanya memilih serat lurus dan serat mahkota tidak
ada mata sehat, mata mati, putih, doreng
2. Finishing Melamin Natural Terang (Coklat terang kekuningan)
Menonjolkan
serat dan penampilan natural kayu, dengan mengekspose keindahan serat kayu jati
secara alami. Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat,
tidak ada putih, doreng, dan mata mati
3. Finishing Melamin Natural Gelap (Coklat gelap kehitaman)
Menonjolkan
serat kayu jati natural, dan, menutupi kekurangan kayu seperti putih dan doreng
dengan warna gelap. Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata
sehat, putih, doreng halus , tidak ada mata mati
4. Finishing Cat
Menutupi
permukaan kayu dan menyembunyikan semua kelebihan dan kekurangan serat kayu
Kualitas kayu jati: serat lurus dan serat mahkota ada mata sehat, putih, doreng
tebal, mata mati
Subscribe to:
Posts (Atom)